Pemimpin Grup Bakrie, Nirwan Dermawan Bakrie, menegaskan tidak memberikan mandat kepada siapa pun yang ingin membeli Arema. “Tidak ada interest lain (kecuali menolong) dan tidak ada mandat yang diberikan kepada siapa pun yang ingin membeli Arema (dari pihak Bakrie)," kata Nirwan kepada Tempo melalu e-mail, Minggu, 19 Juni 2011.
"Insya Allah Arema kembali menjadi klub terbaik dan mengangkat citra kompetisi ISL (Indonesian Super League),” kata Nirwan. Penegasan itu disampaikan Nirwan atas beberapa pertanyaan Tempo seputar batalnya pengelolaan oleh Bakrie.
Tempo menanyakan kapasitas kehadiran Iwan Budianto, Ketua Badan Liga Amatir Indonesia dan bekas manajer Arema, yang mengaku pada sejumlah koordinator wilayah Aremania (suporter Arema) sebagai penerima mandat langsung dari Bakrie.
Pertanyaan juga tentang pernyataan Iwan bahwa Nirwan sengaja memberikan mandat kepada Iwan karena jika urusannya diserahkan pada Andi Darussalam Tabusalla (ADT), yang notabene selama ini menjadi orang kepercayaan Nirwan, bisa menimbulkan resistensi atau perlawanan dari akar rumput Aremania.
Iwan juga menyatakan telah membawa uang Rp 15 miliar sebagai uang panjar untuk Arema, serta menyiapkan Rp 11 miliar untuk membeli Deltras Sidoarjo. Pengakuan Iwan ini ditirukan seorang teman dekat Iwan Budianto kepada Tempo. Sedangkan Iwan sendiri tak menjawab panggilan telepon dan pesan pendek dari Tempo ke telepon pribadinya.
Bekas Wakil Ketua Umum PSSI itu menyatakan kehadiran Arema di kompetisi Liga Super Indonesia sangat berarti dan diperlukan bagi kompetisi sepakbola di Indonesia. “Mendengar bahwa ada permasalahan di Arema, menjadi kewajiban bagi setiap pembina dan pencinta sepakbola untuk menyelamatkannya,” ujar Nirwan.
Putra ketiga Achmad Bakrie itu mengakui sangat senang ketika ada beberapa investor yang bersedia masuk menjadi pemilik baru dan sekaligus menyelamatkan Arema.
Andi Darussalam, orang kepercayaan Nirwan, menegaskan sejak awal Nirwan tak berniat membeli Arema. Nirwan, kata dia, sebatas membantu karena punya hubungan sejarah yang panjang dengan Arema. Begitu pula hubungan Andi dengan Arema.
Sebaliknya, Andi menirukan pernyataan Nirwan, tak mungkin bagi Nirwan memiliki Arema karena Nirwan sudah memiliki Pelita Jaya. Andi menyebut Nirwan sebagai tokoh sepakbola yang taat aturan dan etika.
“Nirwan bilang tak mungkin beli Arema karena selama ini Nirwan ingin konsisten mematuhi larangan FIFA bahwa pemilik klub tak boleh memiliki lebih dari satu klub. Begitu juga dengan Deltras. Itu kan omongan si Iwan (Budianto). Nirwan itu sangat taat aturan dan etika. Dia murni ingin menolong Arema biar tetap eksis dan maju,” kata Andi.
Tapi, kata Andi, Nirwan masih tetap bersedia membantu Arema. Bantuan Nirwan dalam bentuk sponsorship lewat perumahan elite Ijen Nirwana Residence dan harian Surabaya Post masih berlaku dan bisa saja diperpanjang.
“Masalah Arema dan Deltras, hubungan kami dengan Deltras memang sangat bersejarah dan panjang. Ada komitmen-komitmen khusus dengan Deltras untuk memajukan Sidoarjo. Tapi, kami tak ingin membeli Deltras, kecuali ingin membantu. Kalau Arema sudah banyak yang mau bantu. Soal siapa yang mau beli Deltras, saya tahu orangnya. Iwan itu yang mau beli, tapi duitnya dari mana itu,” kata Andi.
Wakil Presiden PT Minarak Lapindo Jaya itu menegaskan, Iwan bukan penerima mandat dan bukan juru bicara Nirwan. Juru bicara keluarga Bakrie, kata dia, adalah Lalu Mara Satria Wangsa. Pernyataan Iwan soal Arema dan Nirwan dianggap membahayakan Arema dan mencemarkan nama baik Nirwan.
“Saya sudah banyak dengar tentang dia di Malang dari Aremania. Tulis saja, Iwan itu anak kecil yang suka cari perhatian biar tampak eksis. Selama ini kami diam untuk jaga pertemanan. Tapi, si anak kecil itu makin bertingkah dan menjengkelkan. Janganlah main telikung begitulah. Harusnya dibuat enak sajalah biar masalah Arema tidak tambah runyam,” ucap Andi menegaskan.
Andi pun menegaskan Nirwan tidak pernah memberikan wawancara khusus dengan wartawan dari sebuah harian lokal di Malang mengenai Arema, seperti termuat di edisi Selasa, 24 Mei 2011. Wawancara disebut dilakukan di rumah Nirwan di Jalan Hanglekir, Simpruk, Jakarta Timur, dan diberi judul “Pembelian Arema Lewat Ijen Nirwana”.
“Tidak benar itu. Yang benar, memang ada wawancara telepon tapi kan terbatas waktunya karena Nirwan itu sangat sibuk. Media lain saja biasanya bikin janjian dulu kalau mau wawancara khusus dengan Nirwan. Saya tahu pemred (pemimpin redaksi) koran itu anak buahnya Iwan (Budianto). Janganlah begitu. Kalau wartawan, jadilah wartawan yang profesional. Enggak usah yang aneh-aneh,” katanya, yang mengaku sedang dalam perjalanan menuju Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar