CEO PT Liga Indonesia Joko Driyono meminta klub-klub berhenti menghamburkan uang dan mulai melakukan rasionalisasi, menyambut rencana penghentian APBD.
Rencananya, mulai musim depan klub-klub peserta Liga Super Indonesia dilarang menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Kebijakan ini disambut secara beragam oleh klub-klub peserta, yang kebanyakan bergantung sepenuhnya pada dana kucuran dari pemerintah daerah masing-masing.
Selama ini, APBD yang seharusnya difokuskan untuk pembiayaan infrastruktur dan pembinaan usia muda justru habis untuk biaya operasional klub. Menurut Joko, salah satu pos pengeluaran terbesar ada pada gaji pemain dan pelatih dengan persentase 70-80 persen.
“Negara yang menurut kita lebih makmur, membayar gaji pemain lebih murah dari pada kita. Misalnya Singapura, Malaysia dan beberapa negara asia tenggara lainnya,” ujar Joko.
“Pembiayaan di klub butuh rasionalisasi, perlu modifikasi. Sebelum membicarakan berapa uang yang bisa diterima,” lanjutnya.
“Rata-rata klub yang sekarang hidup diangka Rp 25 sampai 40 miliar tahun ini. Tahun depan tanpa APBD mungkin akan hidup dikisaran 10 sampai 20 miliar rupiah. Jadi kira-kira akan turun 10 persen, Maka dengan ini, akan ada penurunan sampai 50 persen soal pembiayaan orang,” Joko menjelaskan.
“Kongkritnya Bambang Pamungkas yang saat ini dibayar Rp 1,5 miliar permusim, mungkin tahun depan cuma dibayar Rp 750 juta,” anggota Komite Normalisasi itu melanjutkan.
Pria yang juga menjabat sebagai pelaksana tugas sekretaris jenderal PSSI tersebut yakin, meski nantinya para pemain akan sulit menerimanya. Mau tidak mau pada akhirnya mereka akan mengikuti hal tersebut.
Para atlet bisa memilih, apakah akan tetap bertahan di Liga Super, hengkang ke liga luar negeri atau malah gantung sepatu. Namun Joko yakin keputusan-keputusan tersebut tidak akan bisa diputuskan dengan mudah.
“Pada saat pilihan-pilihan itu menjadi tidak mudah, saya yakin pemain bola akan ikut berjalan dengan skenario pembiayaan tadi. Karena itu bukan maunya dia, tapi itu adalah keinginan pasar," tegas Joko.
Meski hal tersebut tidak akan mudah diaplikasikan, terutama pada awal-awal pelarangan APBD, Joko mengatakan klub-klub yang memang serius melaksanakannya akan menemukan cara untuk bertahan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar