Setelah lengser dari jabatan Ketua Umum Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI), April lalu, Nurdin Halid, lama tak terdengar kabarnya. Kegiatannya pun menjadi jauh dari publikasi. Pria asal Makassar Sulawesi Selatan itu pun menjauh dari hiruk-pikuknya PSSI, termasuk saat jongres 20 Mei yang berakhir buntu atau tanpa hasil memilih ketua umum penggantinya. Tribunnews berkesempatan menemui dan mewawacara eksklusif Nurdin saat mengikuti turnamen Golf KNPI di Sentul Highland Golf, Sentul, Bogor, Jawa Barat, Minggu (26/6). Berikut penuturan Nurdin tentang diri pribadi, dan pandangannya tentang kondisi PSSI sekarang, serta rencana kongres ketiga di Solo, Jawa Tengah, 9 Juli.
Selamat siang Pak, bagaimana kabar anda?
Nurdin: Siang juga. Alhamdulillah, saya dalam kondisi sehat wal afiat, dan akan selalu menjaga kesehatan, salah satunya dengan bermain golf seperti yang anda lihat sekarang.
Apakah anda mendapat undangan khusus ikut turnamen golf KNPI atau bagaimana?
Iya. Saya dapat undangan dari panitia, mereka sengaja mengundang saya karena saya juga punya history panjang dengan KNPI, di awal karier politik saya dulu. Saya juga sempat menjadi pengurus DPP KNPI. Saya melihat kegiatan ini sangat positif karena KNPI adalah tempat berhimpunnya generasi muda yang tidak terkotak-kotak. Disini orang-orang yang hadir dari berbagai latar belakang baik politik maupun pekerjaan yang bisa bersatu yang semuanya bisa bersatu.
Apa contoh perbedaan yang anda maksud itu?
Misalnya, saya dengan Pak Max Sopacua (mantan penyiar TVRI dan sekarang Wakil Ketua Umum DPP Partai Demorkat). Di luar, kami tidak nyambung tapi di sini kami ketemu main golf bareng dan akhirnya bisa nyambung. Saya kira, saat ini, harus ada organisasi atau perorangan yang bisa memelopori persatuan. Sangat berbahaya bagi bangsa ini karena di mana-mana ada banyak perbedaan yang tajam, ini berpotensi membuat bangsa ini terpecah-belah karena adanya banyak kepentingan.
Bangsa ini sudah melupakan Pancasila. Anda bisa melihat bagaimana anak-anak SD melakukan demonstrasi, moral mereka yang seharusnya diisi dengan ajaran yang baik dari sekolahan sudah berubah jadi tidak benar. Mereka tidak lagi menghormati gurunya tapi malah mendemo.
Apa yang anda harapkan dari KNPI?
KNPI sebagai wadah organisasi pemuda harus bisa menjadi pelopor persatuan dan kesatuan bangsa. Saat ini bangsa kita tidak bisa berharap banyak kepada golongan orang tua. Orang-orang tua itu tidak lagi memikirkan persatuan, tidak ada yang mereka pikirkan kecuali mengejar jabatan dengan mengincar posisi pimpinan. Kondisi perebutan pimpinan ini yang memicu adanya perpecahan. Tidak ada figur pemimpin yang bisa dijadikan contoh semuanya ingin memperebutkan kekuasaan.
Berbicara tentang perebutan kekuasaan, bagaimana anda melihat organisasi yang pernah anda pimpin, PSSI, yang saat ini sedang diperebutkan banyak pihak?
Ada yang harus saya luruskan dulu. Hingga saat ini saya masih ketua umum PSSI, cuma saya diturunkan oleh Menpora secara paksa. Dan itu tidak benar karena tidak sesuai dengan aturan organisasi dan PSSI sekarang masih belum ada ketuanya, yang ada hanyalah Komite Normalisasi (KN) yang tidak normal-normal itu (sambil tersenyum lalu disambut tawa).
Kenapa dulu saya masih ingin bertahan? Karena saya menginginkan organisasi ini tidak dipecah-belah dari luar. Saya ingin PSSI berjalan sesuai dengan statuta PSSI. Saya melihat PSSI sekarang telah dipecah-belah dari luar.
Siapa atau golongan mana yang memecah-belah PSSI dari luar?
Golongan dari luar itu adalah golongan yang memiliki itikad tidak baik di PSSI. Saya tidak usah menyebutkan siapa mereka cukup rakyat saja yang menilai dan menyimpulkan sendiri. Hipotesa saya tentang PSSI ternyata benar. Dulu orang berpikir PSSI kacau karena faktor saya, akhirnya saya putuskan untuk mundur. Ternyata setelah saya mundur masalah kan tidak selesai. Ini semua fakta yang tidak terbantahkan bahwa orang-orang yang ingin berada di PSSI sekarang tidak punya itikad yang baik.
Bagaimana anda melihat peran Komite Normalisasi PSSI?
Kita lihat saja di kongres nanti, Komite Normalisasi ini tidak mampu menormalkan PSSI. Ketuanya saja mantan jenderal bintang empat, dan saya melihat apa yang dia lakukan sudah banyak yang melenceng dengan statuta PSSI dan FIFA.
Melencengnya di mana?
Loh, anda lihat saja sekarang apa yang terjadi. Kongresnya telah gagal berkali-kali, itu bukti bahwa mereka memimpin tidak lagi sesuai dengan aturan organisasi. Seandainya semua aturan dijalankan sesuai dengan aturan FIFA dan PSSI, saya jamin itu tidak akan gagal. Kalau kongres yang di Pekanbaru 25 Maret lalu, itu memang sengaja digagalkan oleh orang-orang yang memiliki itikad tidak baik di PSSI. Saya, saat itu, memilih untuk tetap bertahan karena saya ingin menjaga harkat dan martabat organisasi.
Apa yang seharusnya dilakukan Komite Normalisasi?
KN harus menggelar kongres sesuai dengan aturan yang sesuai dengan aturan organisasi. Kalau Kongres 9 Juli nanti di Solo disebut sebagai kongres luar biasa, maka pemilihan ketua umum PSSI yang baru tidak boleh hanya diserahkan kepada pemilik hak suara yang jumlah cuma 100 itu. Pemilihan ketua umum harus diserahkan kepada seluruh anggota PSSI dari semua klub, anggota Pengda, Pengprov dan Pengcab yang ada di seluruh Indonesia yang jumlah 500-an anggota lebih itu. Ini adalah aturan yang benar. Pemilik suara yang jumlah 100 itu saya lihat sudah dipenuhi dengan berbagai kepentingan.
Bagaimana anda melihat kunjungan Wakil Presiden FIFA Pangeran Ali Bin Hussein baru-baru ini ke Jakarta? Apakah itu bisa dikatakan sebagai intervensi dari pihak-pihak lain?
Yang saya tahu Prince Ali itu sangat dekat dengan Ketua Umum KONI Rita Subowo. Saya tidak tahu apakah kedatangannya itu atas undangan Ibu Rita atau tidak. Jika ia datang karena kunjungan pribadi saja, itu tidak ada yang salah. Tapi tidak benar jika ia datang karena adanya usaha intervensi dari pihak mana pun.
Yang salah dari kunjungan Prince Ali itu adalah dia tidak mengirimkan surat ke PSSI sebelum datang ke Jakarta. Seharusnya dia harus melakukan korespondensi antara FIFA dengan PSSI. Jadi kedatangan Prince Ali tidak bisa dikatakan sebagai representasi FIFA.
Ada isu, anda masih memiliki 'orang-orang' di PSSI, yakni orang-orang lama yang akan menjadi perpanjangan tangan anda menjalankan status quo. Bagaimana tanggapan anda?
Kenapa mesti ada status quo? Tidak ada status quo dalam olahraga, olahraga itu adalah prestasi.
Itu adalah pikiran orang yang sangat keliru karena menjadikan PSSI sebagai organisasi politik, komentarnya saja sudah komentar politik.
Apakah ada calon ketua umum yang mau membawa PSSI ke politik?
Oh itu sudah sangat jelas. Sebelum saya dilengserkan sudah ada calon ketua umum yang melakukan gerakan dengan mengeluarkan uang banyak untuk membayar orang-orang agar mau mendemo saya. Mereka juga membayar para pemilik suara. Cara-cara seperti ini kan adanya cuma di politik tidak di organisasi olahraga.
Ketua Umum seperti apa yang seharusnya dipilih di kongres nanti?
Yang seharusnya dijadikan kandidat ketua umum itu adalah orang-orang yang memenuhi persyaratan atau sesuai dengan standar statuta FIFA PSSI. Bila tak memenuhi persyaratan itu jangan diterima untuk jadi ketum PSSI.
Apa solusi dari anda agar kongres nanti bisa berjalan dengan baik?
Menurut pandangan saya, kongres dan pemilihan ketua umum PSSI harus diserahkan kepada 500 lebih anggota PSSI. Jangan diserahkan kepada pemilik suara yang sudah terkontaminasi dengan berbagai macam kepentingan itu.
Apa kegiatan Pak Nurdin sejak tidak di PSSI lagi? masihkah bapak mau mengurus bola?
Saya sekarang mengurus orang-orang yang bermain bola saja. Misalnya, saya dan Nirwan D Bakrie (mantan Wakil Ketua Umum PSSI), sekarang konsentrasi mengurus klub yang baru dibeli Grup Bakrie di Belgia. Kami juga memantau terus beberapa anak muda yang sementara kami utus untuk sekolah sepakbola di Uruguay. Itu akan jadi masa depan yang jelas buat bangsa ini.
Sumber :
Tribunnnews.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar