Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Dilema Tiga Pemain Naturalisasi


Tampaknya tiga dari enam pebola yang terkabul naturalisasi, tidak bisa langsung memperkuat timnas Indonesia. Lilipaly, Cusell dan Suk punya masalahnya masing-masing.

Stefano Lilipaly dan Tonnie Cusell menyambut gembira pengabulan permohonan Paspor Indonesia. Namun masih ada batu sandungan. Sama halnya dengan Joey Suk.

Sebesar apapun harapan publik pendukung sepakbola nasional Indonesia untuk segera menyaksikan kepakan tim Garuda bernuansa gaya Holland School, tapi tiga pemain naturalisasi ini ternyata tidak langsung bisa mengambil mentah-mentah peluang ini.

Alasan Berbeda

Mereka memiliki alasan sendiri berdasarkan situasi masing-masing. Tonnie Cusell sudah lama mengatakan siap menjadi WNI dan memperkuat timnas Indonesia. Bahkan ia ingin tinggal di Indonesia dan mencari klub di Liga Indonesia.

Tapi Cusell juga menempatkan klub Indonesia sebagai bagian dari syarat hijrah ke Indonesia. "Saya mau main untuk timnas Indonesia, asal saja bisa melanjutkan karir sepakbola di Indonesia." Ungkapnya pada Radio Nederland.

Pemain kelahiran 4 Februari 1983 itu masih belum memahami perbedaan kondisi ketika ia mengajukan permohonan April 2011 dan situasai sekarang ini. "Awalnya saya banyak berkomunikasi dengan Iman Arif tentang rencana mendapatkan paspor Indonesia. Sejak Iman diganti, komunikasi tidak lancar lagi," ungkapnya pada RNW.

Komunikasi

Masalah komunikasi juga dirasakan Stefano Lilipaly kepada Radio Nederland. "Saya dengar permohonan parpor Indonesia sudah rampung, dari media." Sandungan lain adalah masa depan tak pasti.

Proses naturalisasi Lilipaly bisa berimbas pada karir sepakbolanya di Belanda. Kalau dia melepas paspor Belanda dan menjadi WNI (non Eropa) maka dia akan sulit meneruskan karirnya di FC Utrecht atau Eropa. Dia akan menjadi sangat mahal.

UU Sepakbola Eropa

Sebab ada pasal di undang-undang sepakbola Eropa yang menyebutkan. "Pemain bola dari luar wilayah Uni Eropa harus mendapat gaji minimal € 527 ribu per tahun sekitar 6,1 M. Kalau di bawah itu, maka dia tidak boleh dipasang. Untuk pemain non-Uni Eropa di bawah usia 20 tahun, dia harus digaji minimal € 236 ribu setahun."

Kebijakan ini ditujukan agar klub Eropa lebih memilih bakat-bakat lokal dari pada mendatangkan 'pekerja' yang sudah matang asal luar Uni Eropa.

Stefano Lilipaly masih muda dan belum benar-benar teruji di liga utama. Ia sedang bekerja keras di FC Utrecht membuktikan kwalitasnya di kompetisi Belanda, taksiran harga banding kwalitas, mungkin masih jauh di bawah € 100 ribu setahun.

Ragu-ragu

Gelandang dan kapten Jong FC Utercht ini sadar betul dan akhirnya menjadi ragu. Kepada Radio Nederland, Lilipaly mengatakan  keputusannya tergantung pembicaraan antara PSSI dengan FC Utrecht. "Saya masih ingin unjuk kebolehan di kompetisi Belanda.  Tapi kalau memang PSSI minat, harus ada pemecahan dengan klub. Ini pilihan sulit buat masa depan saya."

Joey Suk

Situasi Joey Suk juga serupa dengan Lilipaly. Keduanya adalah pemain muda yang sedang berada di tahap krusial karir sepakbolanya. Walaupun hanya bermain di Go Ahead Eagles yang aktif di Jupiler League, divisi II, namun geladang serang kelahiran 7 Agustus 1989 itu sudah mengantongi kontrak profesional di Go Ahead Eagles sampai 30 Juni 2013. Semakin sering bakat ini merumput di Belanda maka harganya bisa naik.

Selama dia masih pegang paspor Belanda, klubnya masih bisa membayar gaji standar lokal antara 30 sampai 70 ribu setahun. Tapi kalau Suk menjadi WNI maka tidak ada klub Eropa yang mau menggajinya berdasarkan syarat undang-undang sebesar  € 527 ribu per tahun. Itu sama saja dengan akhir karirnya di Eropa.

Dilema

Tidak mengherankan ketika Joey Suk menanggapi pengabulan paspor Indonesianya dengan tulisan bahasa Inggris di Facebook."Saya sangat pengin ke Indonesia dan main untuk timnas Indonesia. Tapi saya ada masalah paspor dan visa. Saya harap tahun depan (2012) bisa ke Indonesia. Sekarang saya ingin fokus di kompetisi bersama Go Ahead Eagels (GAE.)" Ungkapan ini  bisa difahami, karena di satu sisi ia sangat ingin bermain untuk negara nenek moyang, tapi masa depan di Eropa juga penting.

Sabar Lagi
Faktor lain yang juga berpengaruh pada keraguan untuk memperkuat timnas Indonesia adalah peluang Garuda lolos ke putaran Grup E Asia semakin merosot. Pada calon naturalisasi ini mungkin juga melihat dan menimbang bahwa mereka tidak bisa merubah lagi keadaan timnas sekarang yang menduduki posisi terbawah dan dilanda kemelut perseteruan skuad dan staf. Lagi-lagi publik sepakbola Indonesia diuji kesabarannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar