Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Utang Menumpuk, Ketua Yayasan Arema Dituntut Mundur


Setelah tak muncul sejak Oktober 2010, Ketua Yayasan Arema Muhamad Nur akhirnya menjumpai pelatih, pemain, dan ofisial Arema, di Restoran Batavia di Jalan Jakarta, Kota Malang, pada Kamis siang, 2 Mei 2011.

Nur duduk semeja dengan Pembina Yayasan Rendra Kresna. Hadir pula Abriadi Muhara, Pelaksana Harian PT Arema Indonesia merangkap asisten manajer dan Ketua Panitia Pelaksana Pertandingan Arema, dan juru bicara Sudarmaji.

Rombongan pemain dipimpin Miroslav Janu alias Miro, sang pelatih. Asisten pelatih, Joko Susilo, serta pelatih kiper Dwi Sasmianto, dan sekretaris tim Muhammad Taufan, turut hadir.

Pertemuan yang disaksikan belasan Aremania, suporter Arema, itu berlangsung alot sejak pukul 11.30 WIB. Pelatih dan pemain menumpahkan kekesalan pada Nur, terutama yang berkaitan soal gaji dan pemenuhan hak-hak mereka.

Namun Nur tetap bergeming akan memenuhi seluruh tanggung jawabnya. Miro memprotes ketidakhadiran Nur selama ini. Nur dicap tidak bertanggung jawab sama sekali.

“Sorry, kau tak bisa dipercaya. Kau tak pernah datang satu pertandingan pun untuk lihat kita. Saya tidak mengerti ini. Kasihan kita ini. Saya capek, semua pemain capek sekali," kataMiro meluapkan emosinya.

"Kami sudah bosan. Kau datang tidak bawa uang, tapi hanya janji lagi. Kami tidak mau dibohongi lagi. Sebaiknya kau mundur saja,” ujarnya.

Desakan mundur juga disampaikan banyak pemain, seperti Noh Alam Shah alias Along, Zulkifli Syukur, dan Leonard Tupamahu. Bahkan Along sampai berdiri dan mendekati Nur.

“Kami sudah sabar selama ini. Selama ini kami menunggu, tapi selalu dijanjikan saja. Bisa saja nanti janji-janji lagi. Kami sudah tidak percaya,” kata Along, yang kemudian meninggalkan tempat acara pada pukul 12.49 WIB.

Muhamad Nur menyatakan siap mengundurkan diri kapan saja, dengan syarat ia diberi kesempatan untuk memberesi semua tanggung jawabnya terhadap Arema, seperti melunasi seluruh tanggungan utang hingga akhir kompetisi sekitar Rp 10,6 miliar.

Seluruh utang terdiri dari tunggakan gaji pemain 5,5 bulan, gaji pemain Arema U-21 selama 9 bulan, gaji karyawan 3,5 bulan, utang pajak, utang operasional, juga utang kepada Bank Saudara sebesar Rp 1,5 miliar.

“Kalau ada investor masuk dan meminta mundur, saya siap mundur demi kebaikan Arema, tapi syaratnya saya diberi waktu untuk memberesi dulu utang-utang Arema itu,” kata Nur.

Lalu muncul pertanyaan dari Miro dan beberapa pemain, apakah Nur bersedia mundur bila ada syarat dari investor bahwa sang investor mau masuk jika Nur mundur dulu. Nur menjawab, “Itu nanti biar dibicarakan di internal dengan pembina, Pak Rendra ini. Prinsipnya saya siap mundur.” Jawaban serupa ia tegaskan berkali-kali.

Desakan mundur juga disampaikan tiga wakil Aremania. Iin, Ponidi alias Tembel, dan Slamet Syamsul Karim. Slamet mendesak seluruh pengurus yayasan dan direksi PT Arema Indonesia dibubarkan dan diganti dengan orang-orang baru. “Semuanya harus diaudit,” kata dia.

Pembicaraan pun makin mengarah pada debat kusir sampai akhirnya Rendra mengambil alih forum. Bupati Malang itu menyimpulkan empat hal dari seluruh isi pembicaraan.

Pertama, sampai saat ini Yayasan Arema untuk sementara dikendalikan dirinya bersama Iwan Kurniawan, bos PT Anugerah Citra Abadi. Pembina bisa ditambah atau dikurangi tergantung kebutuhan.

Kedua, Muhamad Nur akan mundur berdasarkan permintaan investor yang sudah masuk dengan syarat seluruh tanggung jawabnya dipenuhi dulu.

Ketiga, manajemen takkan menghalangi pemain yang sudah tak ingin bersama Arema lagi dan manajemen menjamin utang gaji kepada pemain bersangkutan tetap akan dibayarkan.

“Yang keempat, seluruh utang gaji pemain akan dilunasi sebelum 19 Juni nanti. Untuk itu kita akan bertemu lagi,” kata Rendra.

Seusai acara Nur dan Rendra menegaskan saat ini sudah ada calon investor yang siap masuk. Namun mereka tak menyebutkan namanya. Rendra mengisyaratkan calon investor yang diberi kesempatan pertama untuk “menawar” Arema adalah pihak yang selama ini sudah memberikan kontribusi nyata ke Arema.

Ia mencontohkan sponsor Ijen Nirwana Residence dan harian Surabaya Post (Grup Bakrie), Honda, Axis, dan Bank Saudara (Grup Medco). Jika sang calon investor menolak, barulah diberi kesempatan kepada investor yang lain.

Ketika disinggung calon investornya mengerucut pada Grup Bakrie dan Grup Medco, Rendra berkata, “Secara etika, kami beri kesempatan pada yang telah berkontribusi lebih dulu. Siapa pun bisa jadi pengelola Arema,” kata dia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar