Arifin Panigoro disamakan dengan Nelson Mandela. Bagaimana bisa?
Roelofsen merasa anggapan itu jujur dan sama sekali tidak merasa berkampanye untuk Arifin Panigoro dalam bursa merengkuh jabatan tertinggi di tubuh organisasi tertinggi sepak bola nasional."Saya melihat dia sosok yang ingin mengembangkan sepak bola Indonesia. Ketika berbicara dengan dia, saya langsung ingat pada Nelson Mandela.”
Pemecahan
Kepada Radio Nederland, pelatih lapangan Bintang Medan asal Belanda itu mengaku sudah tiga kali bertemu Arifin Panigoro. Mantan asisten Klaus Augenthaler di VFL Wolfsburg Jerman itu menilai kehadiran LPI merupakan jawaban bagi masalah sepak bola di Indonesia.
Mantan pelatih tim junior Hansa Rostock itu sangat kagum pada bos Medco yang menghadirkan liga lebih baik. “Lebih profesional, tanpa korupsi, serta mendatangkan pelatih dari berbagai negara yang secara tradisi sudah mengenal sepakbola seperti Brasil, Portugal, Belanda, Jerman dan Serbia.” Baginya itu adalah modal awal untuk bisa mengembangkan sepakbola di Indonesia.
Gaji Lebih Baik
Dia sendiri tidak memungkiri bahwa pelatih, pemain dan wasit asing datang ke Indonesia juga untuk gaji yang lebih baik. “Gajinya lebih baik dari ISL dan pembayaran gaji tepat waktu.”
Ia yakin liga gagasan Arifin Panigoro akan membuat sepakbola Indonesia maju. Dan ia percaya Indonesia bisa menjadi negara besar sepakbola. “Dengan modal 240 juta jiwa, Indonesia harus bisa mengungguli Korea dan Jepang yang jumlah penduduknya lebih kecil. Indonesia adalah negara yang gila sepak bola tapi tidak menyadari potensi luar biasa yang dimiliki bangsa ini.” Paparnya kepada Radio Nederland.
Pemain Asing
Selain itu pelatih kelahiran Belanda 26 Maret 1970 itu juga bersikap kritis terhadap pemain asing yang terlalu banyak. “Kalau kebanyakan pemain keturunan akan menghambat perkembangan lokal. Sekarang ini mungkin masih butuh tujuh atau delapan pemain asing.”
Kedepannya ia berharap jumlahnya bisa berkurang, “Di masa depan jumlah harus terus diturunkan. Pada akhirnya yang diutamakan pemain sepak bola lokal Indonesia harus berkembang.” Untuk saat ini pemain asing menurutnya, diperlukan untuk menarik penonton datang ke stadion.
Butuh Waktu
Ia menyadari butuh waktu untuk meningkatkan SDM pemain lokal. “Mentalitas pemain harus berubah. Dan untuk itulah kami pelatih asing didatangkan kemari untuk membantu merealisasikan itu.”
Kepada pemain lokal ia ingin menyuntikan koordinasi dan taktik. “Mereka harus belajar bermain kompak. Sebenarnya dasar tehnikk dan fisik sudah bagus, tapi tidak punya taktik. Wajar karena mereka baru mulai mengenal taktik di usia dewasa.”
Ketinggalan 15 Tahun
Ketinggalan ini menurutnya bisa dikejar sekitar 10 sampai 15 tahun ke depan. Ia mengritik kebiasaan orang Indonesia yang menuntut hasil maksimal dalam tempo cepat. “Orang kadang menuntut hasil maksimal dalam dua tahun.”
Ketum PSSI
Saat ini Roelofsen tidak tahu arah masa depan PSSI dan siapa yang akan menjadi ketua umumnya. Dia mengantongi kontrak dua tahun tapi itu bukan jaminan. “Saya tidak tahu bagaimana dua tahun kedepan. Biasa saja dipecat dalam waktu singkat. Bukan hal yang aneh di sepak bola, mas.”
Mengusir Kambing
Baginya pelatih harus punya jiwa pendidik dan petualang. “Pelatih harus menikmati dari hari ke hari dan jiwa petualangan. Kadang harus bersabar kalau harus menunggu latihan karena lapangan masih dipakai kambing dan ayam merumput.”
Nelson Mandela?
Perbandingan Arifin Panigoro dengan Nelson Mandela, menurutku agak lebay. Nelson Mandela adalah pemimpin bangsa yang tidak begitu saja bisa dibandingkan. Ia pantang menyerah mendekam belasan tahun di balik jeruji. Kalau di Indonesia siapa yang tetap berjuang dari penjara? Yang jelas bukan Arifin Panigoro!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar