Hari Jumat 14 Oktober 2011, Telah terjadi suatu keberhasilan dan kegemilangan besar di sepakbola nasional. Hari ini, kita telah melihat bersama bahwa PSSI berhasil melibas orang-orang yang ingin menghancurkan sepakbola nasional dengan sikap cerdasnya. Dan hari ini pula kita bisa melihat awal yang baik bagi sepakbola Indonesia.
Sejenak kita flashback ke kejadian malam itu, Kamis (13/10). Di Hotel Ambhara Jakarta, KB bersama media-media lain meliput jalannya rapat CEO alias manager meeting klub-klub peserta IPL musim 2011-2012. Entah apa yang terjadi di sana, yang jelas sangat-sangat terlihat bahwa ada skenario rapi yang tersusun dalam pertemuan tersebut. Skenario untuk membuat kompetisi gagal digelar sehingga PSSI bakal disanksi FIFA.
Akibatnya pun jelas, ada KLB alias Kongres Luar Biasa PSSI. Dan puncak dari skenario ini adalah kepemimpinan Prof Djohar Arifin Husain – yang belum genap setahun memimpin – akan hilang dan kemungkinan besar digantikan oleh orang-orang eks rezim lama di balik bendera sang perusak sepakbola nasional, Aburizal Bakrie.
Bayangkan, ini jelas sebuah skenario yang rapi : 14 klub menyatakan mundur dari kompetisi IPL yang rencananya akan bergulir besok (15/10). 14 klub tersebut antara lain Sriwijaya, Persisam, Persiba Balikpapan, Bontang, Persipura, Persidafon, Persiwa, Mitra Kukar, Persela, Pelita, PSPS, Deltras, Arema versi Rendra Kresna, Persebaya versi WW, dan Semen Padang, yang semuanya dimotori oleh Harbiansyah dari Persisam Samarinda (namun kabar terbaru menyatakan bahwa Persipura dan Semen Padang akhirnya menarik diri dan menyatakan siap tampil di IPL karena takut akan ancaman FIFA, red).
Lawannya adalah 10 klub yang mendukung IPL harus digelar pada 15 Oktober. Ke-10 klub itu adalah Persebaya 1927, Persiraja, Persija versi Hadi Basalamah, Arema versi Sam Ikul, PSMS, PSM, Persema, Persibo, PSM, Persijap, dan Persiba Bantul.
Coba analisa, kita akan bisa mendapatkan satu kesimpulan gampangan, bahwa ke-14 klub tersebut akan bermuara ke sebuah skenario untuk menginginkan PSSI kembali jatuh ke trah Bakrie. Mulai dari Persebaya versi WW (di belakangnya ada La Nyalla, ADT, dan tentu saja Bakrie), Arema versi RK (di belakangnya ada ADT dan NDB), hingga Deltras, Pelita, Mitra Kukar, dan Persela (yang di dalamnya lagi-lagi ada Bakrie).
Yang sedikit membuat Kabar Bonek heran adalah seorang Wishnu Wardana. Orang yang selama ini berkoar-koar di media bersama La Nyalla Matalitti untuk ‘menyelamatkan’ Persebaya agar tetap dapat ikut dalam IPL musim ini, ternyata hanya sebuah bohong belaka. Toh pada akhirnya Persebaya versi WW tetap ada di kubu 14 – atau lebih tepatnya, kubu Bakrie – yang mengharap agar kompetisi tidak dijalankan. Bahkan, skenario yang rapi namun busuk ini pada intinya hanya bermuara (lagi-lagi) ke satu hal, yaitu pencitraan diri untuk proyeksi Pemilu 2014. (Sudah pernah KB bahas, baca catatan tentang Asyiknya Merusak Ala Bakrie, red.). Nah, satu lagi yang membuat KB heran adalah bagaimana bisa, Persebaya yang (katanya) telah merger, kok malah jadi dua lagi. Jika memang demikian, berarti proses merger itu hanyalah omong kosong lagi.
Mengapa Kabar Bonek menyebut ini adalah sebuah skenario rapi yang dapat digagalkan oleh PSSI? Sebenarnya jawabannya cukup simpel dan dapat diterima dengan akal sehat. Masih ingat PSSI cenderung mengubah-ubah format kompetisi yang tadinya dua wilayah, lalu menjadi 18 klub, dan akhirnya menjadi 24 klub seperti sekarang? Jika Anda masih ingat, maka itulah jawabannya.
Logikanya sederhana, PSSI sudah tahu skenario apa yang nantinya akan dibuat oleh Bakrie cs yang semakin tak legowo dengan kepemimpinan Prof Djohar Arifin. Sejak awal, PSSI telah mengetahui taktik gerilya Bakrie ke klub-klub anggota PSSI agar mengagalkan kompetisi sehingga secara tidak langsung akan menggoyang kursi Prof Djohar. Ini ditandai dengan mundurnya 14 klub dalam kompetisi IPL. PSSI cerdik. Itulah guna peserta kompetisi yang begitu banyak, salah satunya sebagai tindakan pencegahan kompetisi bubar gara-gara hal bodoh semacam ini.
Coba bayangkan lagi : Jika PSSI tetap menggelar liga dengan tidak memasukkan 6 klub tambahan – alias tetap dengan format ISL, yaitu 18 klub, maka jika 14 klub mengundurkan diri, praktis PSSI hanya memiliki 4 klub tersisa yang KB rasa mustahil untuk ikut dalam suatu kompetisi resmi yang diakui FIFA. Namun, ternyata lagi-lagi PSSI lebih cerdik dari mereka. PSSI membuat kompetisi yang diikuti 24 klub.
Jadi, jika toh nantinya 14 klub itu sungguh-sungguh ingin keluar dari rel-nya, maka kompetisi IPL masih mempunyai 10 klub, dan itupun masih direstui oleh FIFA untuk memutar kompetisi dengan hanya 10 klub. Bahkan, nantinya bisa saja klub-klub level II yang berkualitas bagus, namun tak lolos verifikasi seperti PSIS Semarang, Persik Kediri, Persis Solo, dapat mengikuti IPL untuk menggantikan 14 klub yang tak tahu malu.
Itulah mengapa para barisan Bakrie cs yang dimotori oleh La Nyalla Matalitti ngotot untuk tetap menggelar kompetisi dengan 18 klub dengan alasan statute PSSI. Dan yang terjadi jika itu dilakukan adalah kompetisi akan bubar karena bagaimanapun skenario mundurnya 14 klub itu telah terencana sejak jauh-jauh hari. Namun ternyata, kebaikan akan selalu lebih cerdik dari kejahatan.
Bahkan belakangan timbul opsi gertak sambal dari 14 klub tersebut yang mengancam akan menggelar liga tandingan (seperti LPI lalu) jika tidak digubris. Kalau menurut analisa KB, jelas itu akan sulit. Mengapa? Karena semua telah tahu, siapa dalang di balik 14 klub tersebut – yang jelas-jelas bertolak belakang dengan misi sepakbola. Yang kedua, unsure politis tak akan bisa dipisahkan dari 14 klub tersebut, dan KB juga yakin polisi tak akan member ijin untuk itu.
Kick-off IPL semakin dekat hanya dalam hitungan jam. Tentu saja mafia-mafia itu masih saja mencari celah untuk menghancurkan sepakbola nasional dengan berbagai cara, misalnya dualisme. Namun ada pertanyaan yang timbul di benak KB setelah KB menulis ini, berani tidak PSSI menghukum 14 klub tersebut, termasuk Persebaya WW, minimal ditendang untuk main di kasta kedua lah, atau dikeluarkan dari keanggotaan PSSI seperti jagoan kita kemarin : PSM, Persibo, Persema, dan Persebaya.
Kebaikan sudah mengantongi satu nilai kemenangan. Namun, tetap harus diperhatikan. Ternyata mereka (pasti) belum mau menyerah kalah. Ada kekuatan besar yang terus dan terus ingin menggerogoti sepakbola Indonesia dari dalam. Jika kita mengaitkan dengan kiprah salah satu partai dalam sistem politik Indonesia, akan terlihat suatu partai yang tak pernah menjadi oposisi, tapi akan selalu menggerogoti pemerintah dari dalam. Dan KB rasa semuanya akan tahu partai apa yang dimaksud.
Selamat datang IPL. Selamat datang harapan baru dan semangat baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar